PENGUKURAN TEMPERATUR KARAKTERISTIK ANEKA TEMPERATUR ( TM 1 )

  1.                    TUJUAN

–     Mengetahui dan mempelajari karakteristik Termometer tekanan uap

–     Membandingkan respon Termometer Uap dan Termometer Merkuri

 

  1.                 ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan

–     Satu set Temperature Measurement Bench

–     Termometer Tekanan Uap

–     Termometer RaksA

–     Ketel/gelas kimia ukuran 2 liter

–     Botol Aquadest

–     Stopwatch

Bahan yang Digunakan

–     Aquadest

 

  1.              DASAR TEORI

 

Temperatur adalah derajat tingkat panas suatu benda terhadap benda lain atau lingkungan. Temperatur diukur dengan alat ukur yang di sebut Termometer, terdapat beberapa jenis termometer. Salah satunya adalah termometer dengan prinsip Mekanik, yaitu Termometer Bimetal. Temometer Bimetal sesuai namanya terdiri dari dua lempeng logam yang berbeda sifat muainya yang dililit berbentuk gulungan melingkar . apabila satu ujungnya diberi panas maka gulungan itu akan cenderung membuka gulungannya, sedangkan bila diberi dingin akan bersifat sebaliknya. Karakteristik gulungan tersebut kemudian dihubungkan dengan Pointer skala yang dapat dibaca setelah di kalibrasi.

 

Termometer lainnya adalh Termometer Tekanan Uap yang terdiri dari sebuah tabung logam yang dihubungkan dengan pengukur Tekanan Bourdon yang dikalibrasi. Dengan Temperatur fluida yang berada didalam tabung logam adalah fluida yang mudah menguap. Yang mengisi sebagian didalam tabung. Pada saat tabung logam kontak dengan fluida luar yang dingin diukur temperaturnya akan terjadi perpindahan panas yang akan menghasilkan tekanan yang mengisi pipa  Bourdon pada bagian pengukur tekanan diatas. Karena tekanan telah dikalibrasi dengan temperatur. Pembacaan yang terbaca adalah temperatur fluida yang ingin diiukur.

 

TEORI  TAMBAHAN

Instrument pengukur suhu diklasifikasikan menjadi 3, yaitu :

  1.       Instrument pengukur suhu efek mekanik
  2.       Instrument pengukur suhu efek listrik
  3.       Instrument pengukur suhu efek radiasi

 

 

 

 

  1.       Pengukuran suhu efek mekanik

Pengukuran suhu efek mekanik adalah pengukura suhu dengan instrumentasi yang bekerja atas dasar prubahan dimensi mekanik akibat perubahan suhu. Adapun instrumentasi pengukuran suhu secara mekanik antara lain :

 

  1.        Thermometer raksa

Thermometer raksa dalam gelas adalah thermometer yang dibuat dari air raksa yang di tempatkan pada suatu tabung kaca. Tanda yang dikalibrasi pada tabung membuat temperature dapat dibaca sesuai panjang air raksa di dalam gelas, bervariasi sesuai suhu.

Sebagai pengganti raksa, beberapa thermometer keluarga mengandung alcohol dengan tamahan warna merah. Termometer ini lebih aman dan mudah dibaca.

Air raksa akan membeku pada suhu -38,830C dan hanya dapat digunakan pada suhu diatasnya. Air raksa tidak mengembang saat membeku sehingga tidak memecahkan tabung kaca, membuatnya sulit diamati ketika membeku. Thermometer air raksa umumnya menggunakan skala suhu celcius dan fahreinheit. Thermometer raksa biasanya dapat dipakai sampai 6000F (301,30C), tetapi jangkauannya dapat diperluas hingga 10000F(523,60C) dengan jalan mengisi ruang di atas raksa itu dengan gas seperti nitrogen. Hal ini akan meningkatkan tekanan di atas raksa, menaikkan titik didihnya dengan demikian memungkinkan penggunaan thermometer itu pada suhu tinggi.

  1.       Thermometer gas

Prinsip kerjanya didasarkan pada hokum dasar dari gas. Jika suatu gas yang dijaga ada di dalam sebuah bejana, pada volume konstan dan kemudian tekanan serta suhunya diubah-ubah, maka perbandinga antara tekanan gas dan suhunya adalah konstan pula. Jangkauan suhu operasi temometer gas berkisar -150 sampai +10000F.

  1.        Thermometer tekanan uap

Jika sebuah bejana tertutup diisi sebagian denga cairan, maka ruang di atas cairan tersebut akan terdiri dari uap dan cairan yang tekanannya tergantung pada suhu. Jika suhu dinaikkan, maka cairan yang menguap akan lebih banyak dan tekanan meningkat. Penurunan suhu akan mengakibatkan terjadinya kondensasi sebagian uap dan tekanan turun.

  1.       Termometer bimetal

Thermometer bimetal digunakan untuk jangkauan suhu 100 sampai 10000F, banyak digunakan dalam instrument kendali suhu sederhana. Thermometer bimetal terdiri dari dua keeping logam yang mempunyai koefisien ekspansi (muai) termal yang berbeda yang disatukan. Bila keeping itu dikenakan pada suhu yang lebih tinggi dari suhu pengikatnya dan akan membengkok ke satu arah, bila dikenakan pada suhu yang lebih rendah, ia akan membelok kea rah lain.

  1.       Pengukuran suhu efek listrik

Metode-metode listrik untuk pengukuran suhu sangat baik karena memberikan sinyal yang mudah di deteksi yang banyak dipergunakan untuk pengendalian. Terdiri dari 3 tipe, yaitu :

 

 

 

 

  1.        Thermometer tahanan listrik

Adalah sebuah transduser yang tergantung pada kenaikkan tahanan logam tehadap suhu kenaikkan  ini hampir merupakan garis lurus (linier). Thermometer ini menggunakan elemen sensitive dari kawat platina yang memberikan nilai tahanan yang terbatas untuk masing-masing temperature di dalam jangkauannya.

  1.       Thermistor

Adalah alat semi-konduktor dengan tahanan yang mempunyai koefisien suhu negatif, berlawanan dengan koefisien positif pada kebanyakan logam. Kelebihannya tingkat ketelitian yang sangat tinggi sesuai untuk pengukuran, pengontrolan dan kompensasi secara persisi dengan keteliatian 0,010C.

 

  1.        Termokopel

Termokopel bekerja mengukur suhu berdasarkan efek termoelektrik, yaitu :

–          Efek seebeck

–          Efek peltier

–          Efek Thomson

  1.       Pengukuran suhu efek radiasi

Suhu suatu benda dapat ditentukan melalui pengukuran radiasi termal yang dipasarkan benda itu. Dua macam instrument yang umum dipakai ialah pirometer optic dan pirometer radiasi. Radiasi termal itu sendiri adalah radiasi elektromagnetik yang di pancarkan oleh suatu benda sebagai akibat dari suhunya. Radiasi termal terletak dalam daerah panjang gelombang antara 0,1-100mm.

 

 

  1.              PROSEDUR KERJA

Temperatur Tekanan Uap

–     Menyiapkan peralatan Temperatur Measurement Bench

–     Mengisi gelas kimia dengan air bersih hingga 2/3 penuh, letakkan Temperatur            Merkuri dan Temperatur Tekanan Uap pada tempatnya di bagian tutup ketel (gelas kimia)

–     Mencatat temperatur yang ditunjukkan kedua thermometer

–     Mengatur power regulator pada posisi 5 (ditengah–tengah)

–     Memastikan ketel terhubung dengan baik dan ketel telah dihidupkan

–     Menghidupkan power regulator, catat temperatur terbaca pada termometer Tekanan Uap dan thermometer air raksa setiap 2 menit

–     Mematikan power setelah mencapai 1000C pada thermometer merkuri

–     Menganalisis hasil percobaan

Termometer Metal

–     Memasang Termometer Merkuri dan Termometer Metal (platinum, thermistor dan thermocouple) pada tempatnya

–     Memasukkan termometer pada ketel, mencatat temperature awalnya

–     Menghidupkan power dan mencatat temperatur setiap 2 menit

–     Mematikan setelah temperature air raksa mencapai 600

–     Menganalisis percobaan

 

 

 

 

  1.                 DATA PENGAMATAN

 

Table kenaikan suhu beberapa termometer

 

No

T

(menit)

Temperatur Termometer Merkuri (0C)

Temperatur Termometer Tekanan Uap (0C)

Platinum (0C)

Termistor (0C)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

1213

14

15

16

17

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

22

24

26

28

30

32

25

27

36

39

40

44

46

48

50

53

55

57

60

62

65

68

70

30

31

32

35

37

40

42

44

48

49

50

53

55

57

60

62

64

35,6

38,1

41,1

44,1

46,1

49,0

51,7

54,2

56,5

59,2

61,8

64,4

66,9

69,6

71,9

74,5

76,4

31,2

33,6

37,0

40,0

42,6

45,1

47,3

49,6

51,7

53,5

55,6

57,0

59,4

60,0

62,2

63,4

64,8

 

Tabel penurunan suhu beberapa termometer

 

No

T

(menit)

Temperatur Termometer Merkuri (0C)

Temperatur Termometer Tekanan Uap (0C)

Platinum (0C)

Termistor (0C)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

2223

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

22

24

26

28

30

32

34

36

38

40

42

44

46

48

50

52

54

56

58

60

62

64

66

68

70

72

74

76

78

80

82

84

86

88

68

66

66

66

64

63

62

61

60

60

59

58

58

57

56

56

56

55

54

54

54

53

52

52

52

52

51

50

50

50

50

50

49

49

48

48

47

46

46

46

45

45

44

44

65

64

63

63

62

62

61

60

60

59

58

58

57

56

55

55

54

54

54

53

53

53

52

52

52

52

51

51

51

50

50

50

50

49

49

48

48

48

48

48

47

47

46

46

75,8

74,7

73,6

72,6

71,5

70,0

69,8

68,9

68,2

67,4

66,7

66,0

65,2

64,6

64,0

63,4

62,8

62,2

61,7

61,2

60,8

60,1

59,6

59,2

58,7

58,2

57,7

57,2

56,9

56,5

56,1

55,7

55,3

54,9

54,6

54,1

53,8

53,5

53,1

52,8

52,4

52,2

51,9

51,5

64,5

63,9

63,4

62,8

62,2

61,7

61,1

60,7

60,3

59,8

59,4

58,8

58,4

57,9

57,4

57,1

56,7

56,3

55,9

55,4

54,8

54,5

54,2

53,8

53,5

53,1

52,7

52,3

52,0

51,7

51,5

51,2

50,8

50,6

50,2

49,9

49,6

49,3

49,1

48,8

48,5

48,2

48,1

47,4

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1.              ANALISA PERCOBAAN

 

Dari percobaan yang dilakukan dapat dianalisa mengenai perbedaan suhu yang ditunjukkan oleh beberapa thermometer. Hal ini dikarenakan kemampuan thermometer yang digunakan saat praktikum berbeda-beda. Dari percobaan (pemanasan aquadest di dalam ketel), terlihat angka pengukuran pada thermometer platinum lebih cepat meningkat (naik) dibanding tiga thermometer lainnya. Hal ini dikarenakan thermometer platinum memiliki sensitivitas yang sangat tinggi terhadap perubahn suhu. Thermometer platinum memiliki rentang suhu pad -2600C sampai 17000C, lebih teliti sehingga dapat digunakan untuk mengukur suhu yang sangat panas maupun suhu yang sangat dingin. Logam platinum atau platinum memiliki koefisien muai yang hampir sama dengan kac silica-natrium karbonat, platina tidak teroksidasi pada suhu berapa pun, meskipun bekarat oleh halogen, sianida, belerang, dan alkali kaustik. Platinum memiliki resistensi tinggi terhaap serangan kimia, baik karakteristik temperature tinggi, stabil sifat listrik. Semua sifat ini telah dimanfaatkan untuk aplikasi industri contohnya thermometer platina. Tetapi thermometer platina dan termistor merupakan thermometer zat padat yang kurang cocok untuk pengukuran suhu aquadest (cairan) yang dipanaskan.

Thermometer raksa yang digunakan cocok untuk pengukuran perubahan suhu cairan walaupun skala ukurannya 20C yang membutuhkan ketelitian lebih saat mengamatinya. Jangkauan suhu thermometer raksa yaitu -400C sampai 3500C. raksa dalam pipa thermometer akan memuai jika dipanaskan, raksa mudah dilihat karena mengkilap, volume raksa berubah secara teratur ketika terjadi perubahan suhu serata raksa tidak membasahi kaca ketika memuai atau menyusut.

 

 

  1.           KESMPULAN

 

Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

  1.       Respon dari beberapa thermometer berbeda-beda.
  2.       Proses kenaikkan suhu (pemansan) lebih cepat daripada pendinginan karea proses pemansan dipengaruhi oleh energi panas dan tekanan.
  3.       Ketelitian thermometer dan termistor sangat tinggi terhadap perubahan suhu.
  4.       Termometer platinum sangat cocok digunakan dalam industri karena memiliki sensitivitas yang tinggi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

–        Tim lab jobsheet Instrumen dan Pengukuran. 2014. ”Penuntun Praktikum Instrumen dan Pengukuran”. Politeknik Negeri Sriwijaya : Palembang.

–        id.m.wikipedia.org/wiki/termometr_air_raksa

–        hutomoabdurrohman.blogspot.com/2013/03/jenis-termometer.html?m=1

–        atteubear.blogspot.com/2013/01/platina.html?m=1

 

PENGUKURAN TEMPERATUR EFEK SEEBACK (TM.2)

  1. Tujuan percobaan

Mempelajari efek seeback pada rangkaian termokople.

 

  1. Alat dan bahan yang digunakan
  • Alat yang digunakan
  1. Satu set alat temperature measurement bench .
  2. Rangkaian termokopel .
  3. Thermometer merkuri .
  4. Gelas kimia .
  • Bahan yang digunakan
  1. Aquadest.
  2. Es batu

 

  1. Dasar teori

Termokopel adalah dua buah kawat logam berbeda yang ujung – ujungnya disatukan . kedua kawat tersebut diisolasi satu sama lainnya. Oleh iso;ator., biasanya berupa keramik sehingga tidak terjadi hubungan pendek . teori dasar termokopel berdasarkan fakta bahwa apabila dua buah logam yang ujung – ujungnya berada pada bagian panas dan dingin , maka akan terjadi gerakan electron dari ujung yang lebih panas ke bagian yang lebih dingin . gerakan electron ini dapat diukur oleh alat ukur tegangan atau voltmeter .

T

 

T

 

                                                                                                                                            

 

 

                                Dingin                                                                                                   Panas

 

                                                                               Voltase

 

 

 

            Termokopel berasal dari kata thermo yang berarti energy panas dan couple yang berarti pertemuan dari dua buah benda. Termokopel banyak digunakan untuk pengukuran suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik / voltase (  mengubah perbedaan suhu menjadi tegangan ) . dan tersusun dari pertemuan kedua logam dan titik yang lain sebagai outputnya .

            Jenis – jenis termokopel :

  1. Tipe K ( chromel / alumel )

Termokopel yang berbiaya murah dan umum digunakan karena popularitasnya itu termokopel jenis ini tersedia dalam berbagai macam .

  1. Tipe E ( chromel / konstan )

Tipe ini memiliki output yang tinggi yang membuatnya cocok untuk digunakan pada suhu rendah .

  1. Tipe N

Stabilitas tinggi dan ketahananya terhadap oksidasi suhu tinggi membuat tipe N cocok untuk pengukuran suhu tinggi tanpa platinum .

 

            Seebeck menyatakan bahwa apabila kedua ujung berada pada temperature yang sama , maka tidak aka nada tegangan yang terukur ( voltase = 0 ) , teori ini dapat digunakan untuk memastikan rangkaian termokopel dan pengukur tegangan terpasang dengan baik . apabila salah satu ujung termokopel dijaga konstan pada temperature rendah , perbedaan temperature ujung panas dan dingin   ( ∆T ) merupakan fungsi kenaikan tegangan . hubungan antara beda temperature dengan tegangan adalah berbanding lurus sehingga dapat dibuat suatu kurva karakteristik untuk termokopel tersebut . kurva garis lurus ini dapat digunakan untuk mengetahui temperature pengukuran apabila ujung termokopel dingin dijaga pada temperature 0oc.

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Prosedur percobaan
  2.  Menyiapkan peralatan temperature measurement bench , thermometer merkuri dan rangkaian termokopel .
  3. Mengisi ketel dengan air bersih sebanyak 2/3 penuh , mengisi juga termos dengan air dingin dengan temperature ruang ( 25 – 28 oc ) .
  4. Menghubungkan kedua ujung kabel penghubung termokopel kebagian soket milivolt meter , ujung kabel yang bersatu dimasukan ke soket putih .
  5. Meletakan salah satu termokopel satunya dibagian termos air dingin
  6. Mengatur power pada posisi 5
  7. Meletakan thermometer merkuri pada ketel dan termos , mencatat temperature yang ditunjukan kedua thermometer .
  8. Menghidupkan power untuk ketel dan termos , mencatat milivolt yang terbaca untuk setiap kenaikan temperature 2oc pada thermometer merkuri diketel .
  9. Mematikan power bila air diketel telah mendidih .
  10. Mengulangi dengan prosedur yang sama diatas untuk temperature air dingin ( 0 – 5oc)
  11. Menganalisa hasil percobaan .

 

  1. Data pengamatan .

No .

Waktu ( menit )

T1 ( oc)

T2(oc)

∆T (oc)

Voltmeter ( mv)

1

0

28

2

26

1,4

2

0,15

30

2

28

1,5

3

0,20

32

2

30

1,6

4

0,30

34

2

32

1,7

5

0,40

36

2

34

1,8

6

0,44

38

2

36

2,0

7

0,55

40

2

38

2,1

8

1,00

42

2

40

2,1

9

1,07

44

2

42

2,4

10

1,19

46

2

44

2,5

11

1,29

48

2

46

2,6

12

1,39

50

2

48

2,6

13

1,59

52

2

50

2,7

14

2,21

54

2

52

2,7

15

2,33

56

2

54

2,8

16

2,49

58

2

56

2,8

17

3,04

60

2

58

2,9

18

3,17

62

2

60

3,0

19

3,37

64

2

62

3,1

20

3,56

68

2

64

3,2

21

4,10

69

2

66

3,3

22

4,28

70

2

68

3,3

23

4,46

72

2

70

3,4

24

5,07

74

2

72

3,4

25

5,26

76

2

74

3,5

26

6,04

78

2

76

3,5

27

6,28

80

2

78

3,6

28

6,38

82

2

80

3,7

29

7,01

84

2

82

3,7

30

7,14

86

2

84

4,0

31

7,44

88

2

86

4,1

32

7,58

90

2

88

4,1

33

8,20

92

2

90

4,2

34

8,33

94

2

92

4,2

35

36

8,48

9,17

96

98

2

2

94

96

4,3

4,5

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Analisa percobaan

Pada percobaan kali ini menggunakan termokopel . termokopel adalah alat yang mengubah suhu menjadi tegangan listrik . alat ini buat dari dua jenis kawat logam yang berbeda ujung yang satunya dicelupkan pada air dingin . suhu awal masing – masing diukur . dan setiap kenaikan 2oc dicatat , suhu logam pada suhu tinggi akan memuai baik muai lebar ( volume ) . pemuaiian ini disebabkan oleh pergerakan atom – atom electron dari suhu tinggi menuju suhu yang rendah .

Suhu air mendidih naik secara cepat dikarenakan adanya energy panas dari listrik . voltmeter yang terbaca juga berubah – ubah dikarenakan ujung logam yang berada di suhu yang panas dan dingin sehingga terjadi pergerakan electron disaat kedua thermometer menunjukan temperature . semakin tinggi kenaikan pada temperature maka semakin besar grafik anatara tegangan dan beda temperature yang berbanding lurus . semakin tinggi suhu semakin tinggi pula teganganya .

 

  1. Kesimpulan
  2. Termokopel adalah alat yang mengubah suhu menjadi tegangan listrik . alat ini terbuat dari dua jenis kawat logam yang berbeda jenis .
  3. Hubungan antara tegangan dan suhu berbanding lurus . semakin tinggi suhu semakin tinggi pula teganganya .
  4. Efek seeback dapat timbul apabila kedua ujung ada pada temperature yang tidak sama sehingga tegangan dapat terukur .
  5. Apabila salah satu ujung termokopel dijaga pada temperature yang rendah secara konstan . maka perbedaan temperature ujung panas dan dingin merupakan fungsi kenaikan tegangan .

 

  1. Daftar pustaka

Jobsheet . instrument dan teknik pengukuran . politeknik negri sriwijaya . Palembang . 2014

http://ramadhanpoetra.blogspot.com/2013/08/termokopel-perangkat-sensor-suhu.html

http://electric-meachnic.blogspot.com/2013/08/termokopel-perangkat-sensor-suhu.html

 

PEMBUATAN KOMPOS

  1.                    Tujuan percobaan

Membuat pupuk organic / kompos dengan menggunakan EM4

 

  1.                 Alat dan bahan
  2.       Alat yang digunakan
  •          Kantong polibag 2kg, 2buah
  •          Thermometer 100oc,1buah
  •          Batang pengaduk , 1buah
  •          Baskom,1buah
  •          Gelas kimia 100ml , 1buah
  1.       Bahan yang digunnakan
  •          EM4/stardex, 20 ml
  •          Sampah kota 20kg
  •          Tetes tebu/gula , 10ml
  •          Air secukupnya
  •          Pupuk kandang 2 kg

 

  1.              Dasar teori

Pengomposan dapat didefinisikan sebagai degradasi biokimia bahan organic menjadi humus . bentuk sederhana pengomposan dilakukan secara anaerobic yang sering menimbulkan gas seperti indol , skatol dan merkaptan pada suhu rendah . proses pengomposan sacara anaerobic membutuhkan oksigen yang cukup dan tidak menghasilkan gas yang berbahaya seperti pada anaerobic ( gumbira,e,1992).

Proses pengomposan dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti ukuran , bahan , kadar air , aerasi , ph , suhu dan perbandingan C dan N . ukuran partikel penting karena bakteri dan jamur akan lebih mudah hidupp pada ukuran partikel yang lebih kecil .

Kadar air yang optimum penting untuk menghasilkan kompos yang baik karena semua organism membutuhkan air bagi kelangsungan hidupnya . air adalah bahan penting protoplasma sel yang berfungsi sebagai pelarut makanan . kadar air dibawah 20% mengakibatkan proses metabolism terhambat dan berjalan lambat jika kadar air diatas 60%.

Ketersedian oksigen pada proses pengomposan secara aerobic merupakan hal yang penting . proses yang dilakukan secara aerobic lebih efisien dari pada hal yang penting . proses yang dilakukan secara aerobic lebih efisien dari pada anaerobic dalam mengurangi bahan organic .         Mikroorganisme sensitive terhadap perbuhan suhu proses mikroorganisme mesofilik hidup pada suhu 8 – 45 oc dan termofilik tumbuh dan aktif di bawah suhu 65oc , tetapi aktivitas biologisnya dapat berlangsung sampai suhu 65 – 90oc .

Aktivitas organism dipertinggi dengan adanya nutrient yaitu karbon C sebagai sumber energy dan nitrogen N sebagai zat pembentuk protoplasma . energy dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak dari pada zat pembentuk protoplasma sehingga karbon lebih banyak dibutuhkan dari pada nitrogen . perbandingan C dengan N yang efektif untuk pengomposan yaitu 25  : 23.

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasiberbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkanpengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.

Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara. DKI Jakartamenghasilkan 6000 ton sampah setiap harinya, di mana sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah tersebut, 1400 ton dihasilkan oleh seluruh pasar yang ada di Jakarta, di mana 95%-nya adalah sampah organik. Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Rohendi, 2005)

Jenis – jenis kompos

  •          Kompos cacing (vermicompost), yaitu kompos yang terbuat dari bahan organik yang dicerna oleh cacing. Yang menjadi pupuk adalah kotoran cacing tersebut.
  •          Kompos bagase, yaitu pupuk yang terbuat dari ampas tebu sisa penggilingan tebu di pabrik gula.
  •          Kompos bokashi.

Manfaat kompos

Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga d iketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.

Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, seperti menjadikan hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.

Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:

Aspek Ekonomi :

  1.      Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
  2.      Mengurangi volume/ukuran limbah
  3.      Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya

Aspek Lingkungan :

  1.      Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah
  2.      Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan

 

Aspek bagi tanah/tanaman:

  1.      Meningkatkan kesuburan tanah
  2.      Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
  3.      Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
  4.      Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
  5.      Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
  6.      Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
  7.      Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
  8.      Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah di antaranya merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara oleh tanaman (Gaur, 1980).

Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah dan pertumbuhan tanaman. Penelitian Abdurohim, 2008, menunjukkan bahwa kompos memberikan peningkatan kadar Kaliumpada tanah lebih tinggi dari pada kalium yang disediakan pupuk NPK, namun kadar fosfor tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan NPK. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman yang ditelitinya ketika itu, caisin (Brassica oleracea), menjadi lebih baik dibandingkan dengan NPK.

Hasil penelitian Handayani, 2009, berdasarkan hasil uji Duncanpupuk cacing (vermicompost) memberikan hasil pertumbuhan yang terbaik pada pertumbuhan bibit Salam (Eugenia polyanthaWight) pada media tanam subsoil. Indikatornya terdapat pada diameter batang, dan sebagainya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penambahan pupuk anorganik tidak memberikan efek apapun pada pertumbuhan bibit, mengingat media tanam subsoil merupakan media tanam dengan pH yang rendah sehingga penyerapan hara tidak optimal. Pemberian kompos akan menambah bahan organik tanah sehingga meningkatkan kapasitas tukar kation tanah dan memengaruhi serapan hara oleh tanah, walau tanah dalam keadaan masam.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor menyebutkan bahwa kompos bagase (kompos yang dibuat dari ampas tebu) yang diaplikasikan pada tanaman tebu (Saccharum officinarum L) meningkatkan penyerapan nitrogen secara signifikan setelah tiga bulan pengaplikasian dibandingkan degan yang tanpa kompos, namun tidak ada peningkatan yang berarti terhadap penyerapan fosforkalium, dan sulfur. Penggunaan kompos bagase dengan pupuk anorganik secara bersamaan tidak meningkatkan laju pertumbuhan, tinggi, dan diameter dari batang, namun diperkirakan dapat meningkatkan rendemen gula dalam tebu.

Faktor yang memengaruhi proses Pengomposan

Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengomposan itu sendiri.

Faktor-faktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara lain:

Rasio C/N

Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.

Umumnya, masalah utama pengomposan adalah pada rasio C/N yang tinggi, terutama jika bahan utamanya adalah bahan yang mengandung kadar kayu tinggi (sisa gergajian kayu, ranting, ampas tebu, dsb). Untuk menurunkan rasio C/N diperlukan perlakuan khusus, misalnya menambahkan mikroorganisme selulotik (Toharisman, 1991) atau dengan menambahkan kotoran hewan karena kotoran hewan mengandung banyak senyawa nitrogen.

 

 

 

 

Ukuran Partikel

Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.

Aerasi

Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan(kelembapan). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.

 

Porositas

 

Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.

Kelembaban (Moisture content)

Kelembapan memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembapan 40 – 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembapan di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembapan 15%. Apabila kelembapan lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.

 

 

Temperatur/suhu

Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 – 60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.

pH

Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.

Kandungan Hara

Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan bisanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.

Kandungan Bahan Berbahaya

Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.

Lama pengomposan

Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar matang.

 

 

  1.              Prosedur kerja

1)      EM4 dan tetes tebu / gula dicampurkan

2)      Sampah kota dihancurkan lalu dicampurkan merata dengan pupuk kandang .

3)      Larutan EM4 disiram ke dalam padatan tersebut sehingga merata , kemudian ditutup .

4)      Setiap 5 jam , temperature operasi dicatat hingga hari ke 5

5)      Bila temperature diats 50oc , tutup dibuka dan dicampurkan dibolak – balik , kemudian bagian atas ditutup kembali .

6)      Setelah hari ke 6 campuran tersebut telah menjadi pupuk .

7)      Simpan pupuk dalam kantong / karung plastic yang telah disediakan

8)      Mengamati warna dan tekstur kompos .

9)      Menganalisa karakteristik kompos dengan mengukur C dan N nya .

 

Prosedur analisis

Analisis N dengan metode kjedal

  •          Proses destrusi

1)      Sampel kompos ditimbang 0,5062gr

2)      Memasukan kedalam tabung destruksi

3)      Tambahakan 7,5 gr kjedal dan 20gr H2SO4 .

4)      Masukan batu didih kedalam tabung destruksi

5)      Lakukan pemanasan , jika larutan dalam tabung telah berubah warna menjadi hijau – kebiruan selama lebih kurang 2 jam , selanjutnya didinginkan sampai suhu kamar .

  •          Proses destilas

1)      Memasukan cuplikan kedalam labu destilasi dan diencerkan dengan 100 ml aquadest dan destilat ditampung didalam 100ml H3BO3 2% dan 3 tetes mix indicator .

2)      Titrasi destilat dengan HCL 0,1 N

perhitungan :

%N = ( V1-V2 ) .N.F x 14 x 100%

                        E

 

 

Ketrangan : v1

V1

= volume titrasi sampel

V2

= volume titrasi blanko

F

= factor asam

N

= normalitas asam

E

= berat sampel

 

 

  1.                 Data pengamatan

 

sampel

pH

Jumlah kadar air

Berat kertas saringan  awal

Suhu

Berat kompos

Berat kertas saring + kompos setelah kering

1

10

56,13 %

0,4545 gr

28 oc

4 , 9864 gr

2,3867 gr

2

10

55,77 %

0,4642 gr

28 oc

4 , 9697 gr

2,4034 gr

3

10

51, 17 %

0,4982 gr

28 oc

4 , 9864 gr

2, 6780 gr

 

  1.              Perhitungan

1)      Menghitung kadar air

Sampel 1

= berat kompos + kertas saring awal ) – ( berat kertas saring + kompos setelah kering ) x 100 %

            Berat kertas saring awal + kompos

= ( 0,4545 gr + 4,9864 gr ) – ( 2,3867 gr ) x 100 %

            ( 0,4545 gr + 4, 9864 gr )

= 5,4409 – 2,3867 x 100 %

            5, 4409

= 56 , 13 %

 

 

 

Sampel 2

= ( 0,4642 gr + 4,9697 gr ) – 2,4034 gr x 100 %

0,4642 gr + 4,9697 gr

= 5,4339 – 2,4034 x 100%

5,4338

= 55 , 77 %

 

Sampel 3

= ( 0,4982 gr + 4,9864 gr ) – 2,678 gr x 100%

            0,4982 gr + 4,9864

= 5,4846 – 2,678 x 100%

            5,4846

= 51 , 17 %

 

  1.           Analisa percobaan

Pada pratikum kali ini bertujuan untuk membuat kompos dengan menggunakan EM4 . pada percobaan kompos kali ini menggunakan limbah sayur dan EM4 . limbah sayur yang sudah tuidak digunakan lagi dipotong – potong dengan sangat kecil agar mudah terurai oleh mikroorganisme . mikroorganisme yang digunakan adalah EM4 . EM4 merupakan campuran dari berbagai organism yang bermanfaat .

Limbah sayur yang sudah dipotong – potong selanjutnya ditambahkan dengan serbuk kayu diaduk hingga rata , ditambahakan pupuk kandang dan diratakan kembali lalu disemprotkan dengan menggunakan EM4 . selanjutnya dipindahkan kedalam polibag /. Didiamkan selama satu minggu , setelah itu diukur dengan kertas pH untuk mengetahui kadar pHnya . sedangkan untuk mengetahui kadar airnya , sampel kompos dikeringkan didalam oven .

 

 

 

 

 

 

  1.        Kesimpulan

Setelah melakukan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :

  1.        Kompos adalah hasil pembusukan bahan – bahan organic yang hancur dan menghasilkan tanah yang baru dan mengandung unsure hara yang tinggi yang baik untuk pertumbuhan tanaman .
  2.       Faktor – faktor yang mempengaruhi pembusukan kompos yaitu faktor lingkungan , ukuran bahan – bahan yang digunakan kadar air , aerasi , pH , suhu , serta perbandingan C dan N .
  3.        Kadar air yang terdapat pada kompos sampel 1 = 56, 13 %
  4.       Kadar air yang terdapat pada kompos sampel 2 = 55, 77 %
  5.        Kadar air yang terdapat pada kompos sampel 3 = 51 , 17 %

 

 

  1.              Daftar pustaka

       I.            Jobsheet . teknik pengolahan limbah . politeknik negri sriwijaya . Palembang . 2014

http://id.wikipedia.org/wiki/kompos

 

 

 

BERAT MOLEKUL

  1.                    Tujuan percobaan

Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan :

  1.       Dapat menghitung berat molekul senyawa yang mudah menguap dengan pengukuran massa jenis gas .
  2.       Dapat menggunakan alat dengan trampil dan teliti .

 

  1.                 Alat dan bahan yang digunakan
  •          Alat yang digunakan
  1.       Labu erlemmeyer 250 ml atau labu godok 100ml / 250 ml
  2.       Gelas piala 600 ml
  3.       Penangas air ( water batch ) atau hot plate
  4.       Thermometer 100 oc
  5.       Pipet ukur 10 ml , 25 ml
  6.       Bola karet
  7.       Aluminium foil
  8.       Karet dan tali
  9.       Jarum
  10.   Ring standard dan claim statip

 

  •          Bahan yang digunakan
  1.       Aquadest
  2.       Kloroform ( CHCl3) atau aseton ( CH3COCH3)

 

  1.              Dasar teori

Menentukan berat molekul dalam metode penentuan massa jenis gas menggunakan alat victor meyer . persamaan gas ideal bersama – sama dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa volatile .

Dari persamaan gas ideal di dapat :

P V = n R T , dimana n = m / BM

P V = ( m/ BM) RT

P.BM = ( m / V ) RT ……. d = m / v

BM = ( d/ p ) RT

Dimana :

BM

= berat molekul

P

= tekanan gas ( Atm )

R

= tekanan gas ideal ( atm liter / mol K )

V

= volume gas ( liter )

T

= temperature absolute ( K)

= massa jenis ( gram / liter )

 

Bila suatu cairan volatile dengan titik didih lebih kecil dari 100oc ditempatkan dalam labu Erlenmeyer bertutup yang mempunyai lubang kecil pada bagian tutupnya , kemudian labu Erlenmeyer tersebut dipanaskan sampai 100oc , cairan yang ada dalam Erlenmeyer akan menguap dan uapnya akan mendorong udara yang terdapat pada labu Erlenmeyer keluar melalui lubang dan uapnya akan mendorong udara yang terdapat pada labu erlenmyer keluar melalui lubang kecil tadi . setelah semua udara keluar , uap cairan sendiri yang akan keluar , sampai akhirnya uap ini akan berhenti keluar bila keadaan kesetimbangan dicapai yaitu tekanan uap cairan dalkam labu erlemnmeyer sama dengan tekanan udara luar . pada kondisi kesetimbangan ini , labu erlenmeyer hanya berisi uap cairan dengan tekanan sama dengan titik didih air dalam penangas air ( sekitar 100oc) labu Erlenmeyer ini kemudian diambil dari penangas air dingin dan ditimbang  sehingga massa gas yang terdapat didalamnya dapat diketahui , kemudian dengan menggunakan persamaan :

            BM = ( ⍴ / p ) RT , berat molekul senyawa dapat ditentukan .

            Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana ( CHCl3) kloroform dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius . meskipun banyak digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboraturium atauu industry . wujudnya pada suhu yang berupa cairan , kloroform mudah menguap . kloroform mempunyai titik didih 61 , 2 oc , nama IUPAC nya adalah kloroform juga memiliki titik lebur -63,5oc.

 

            Kloroform disebut juga holoform disebabkan karena brom dan klor juga bereaksi dengan metal keton yang menghasilkan masing – masing bromoform dan kloroform . hal ini disebut haloform . kloroform merupakan senyawa dari asam formiat dan termasuk senyawa polihalogen yaitu senyawa turunan karboksilat yang mengikat lebih dari satu atom halogen .

            Dalam industry kloroform diperoleh dengan pemanasan campuran dari klorin dan kloro metana atau metana . beberapa senyawa yang dapat membentuk kloroform dan senyawa halofom adalah etanol , 2 – proponol , 2-butanol propanon , 2-butanon .

Reaksi kloroform berlangsung dalam tiga tingkat :

  •          Oksidasi
  •          Subsitusi
  •          Penguraian oleh basa

Sifat – sifat fisika kloroform

  1.        Beracun
  2.       Berbau khas
  3.        Berbentuk cairan
  4.       Airan yang tak berwarna

Sifat – sifat kimia kloroform

  1.        Tidak bercampur dengan air
  2.       Merupakan asam lemah
  3.        Tidak mudah terbakar

Penggunaan kloroform

  1.        Pemadam kebakaran
  2.       Pembersih noda
  3.        Untuk pengasapan

Bahaya kloroform

  1.        Pembesaran hati
  2.       Gangguan pernapasan dan ginjal
  3.        Tekanan darah rendah

 

 

Aseton adalah senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar , ia merupakan keton yang paling sederhana , aseton larut kedalam air , etanol ,. Aseton digunakan untuk membuat plastic , serat , obat – obatan .

Aseton merupakan suatu keton yang dapat dibuat dari bahan dasr isopropyl alcohol dengan cara oksidasi .

Sifat kimia aseton

  1.        Bersifat polar
  2.       Tidak berwarna
  3.        Baunya sengit
  4.       Tidak berwarna

Kegunaan aseton

  1.        Sebagai bahan pembuat cat
  2.       Sebagai bahan pembuatan parfum
  3.        Sebagai pembersih cat kuku

 

 

 

 

erlenmeyer

bertutup / labu godok                                                                                                  

100 / 250 ml                                                                       

Lubang : jarum , aluminium foil , benang atau karet gelang                                                                                                                                                  

                                                               

                                                                                                                                Gelas kimi 600 ml

 

 

                                                                                                                                Air mendidih

                                                                                                                                Cairan x ( 5 ml )

 

 

 

  1.              Cara kerja
  2.       Mengambil labu Erlenmeyer 250 ml ( labu godok )yang bersih dan kering di tutupi dengan menggunakan aluminium foil , kemudian dikencangkan dengan menggunakan karet atau tali .
  3.       Menimbang labu Erlenmeyer dan aluminium foil
  4.       Mengambil 5ml cairan yang mudah menguap masukan ke dalam labu Erlenmeyer , kemudian ditutup kembali dengan menggunakan aluminium foil dan dikencangkan kembali dengan karet , sehingga tutup ini bersifat kedap gas . dengan jarum membuat sebuah klubang kecil pada aluminium foil agar uap dapat keluar .
  5.       Erlenmeyer ditaruh dalam penangas air mendidih ( 100oc) sampai air kira – kira 1cm . di bawah aluminium foil , biarkan labu Erlenmeyer tersebut dalam penangas air sampai semua cairan volatile menguap . mancatat suhu penangas air tersebut .
  6.       Setelah cairan volatile dalam Erlenmeyer menguap , diangat labu Erlenmeyer dari penangas dan dikeringkan air yang terdapat pada bagian luar labu Erlenmeyer dalam desikator untuk mendinginkannya . udara akan masuk kembali kedalam labu Erlenmeyer melalui lubang kecil tadi dan uap cairan volatile yang terdapat dalam labu Erlenmeyer akan kembali mengembun menjadi cairan .
  7.       Menimbang labu Erlenmeyer yang telah dingin tadi dengan menggunakan neraca analitis .
  8.       Menentukan volume labu Erlenmeyer dengan jalan mengisi labu Erlenmeyer dengan air sampai penuh dan mengukur massa air yang terdapat dalam labu Erlenmeyer tersebut . mengkur suhu air sehingga massa jenis air pada suhu tersebut = m / v
  9.       Mengukur tekanan atmosfer dengan barometer .

 

 

 

 

 

 

 

 

  1.                 Data pengamatan

No

Data yang diamati

kloroform

Aseton

1

Labu Erlenmeyer , aluminium foil , karet

120 , 23 gr

121,33 gr

2

Massa labu Erlenmeyer , alufo , karet , cairan x

121, 38 gr

121, 85 gr

3

Massa cairan / kondensat

1,15 gr

0,52 gr

4

Massa Erlenmeyer kosong

119 , 51 gr

123 , 58 gr

5

Massa labu Erlenmeyer + air

419 , 65 gr

422,09 gr

6

Massa air

300,14 gr

298 , 51 gr

7

Suhu air yang terdapat dalam erlenmeyer

30 o c

32 oc

8

Suhu penangas air

94 oc

100 oc

9

Tekanan atmosfer

760 mmHg

760 mmHg

10

BM teoritis

119 , 38 gr/mol

58 , 08 gr / mol

 

  1.              Perhitungan
  2.       Menghitung volume labu Erlenmeyer

Massa air 1 = 300, 14 gr

   ⍴ = 0, 9957 gr / ml

Massa air  2 = 298 , 51 gr

  ⍴ = 0 , 9951 gr/ml

 

V1       =  m1

                ⍴1

            = 300,14 gr

                0 , 9957 gr / ml

            = 301 , 44 ml

            = 0,30144 liter .

 

 

V2       = m2

                ⍴2

            = 298 , 52 gr

                0 , 9951 gr/ml

            = 299, 98 ml

            = 0,29998 liter .

 

  1.       Massa jenis gas
  •          Kloroform

m1       = 1, 15 gr

⍴1        = m1

                V1

            =  1, 15 gr

                 0 , 30144 liter

            = 3, 815 gr/liter

  •          Aseton

m2       =  0, 52 gr

⍴2        = m2

                V2

            = 0,52 gr

                0,29998 liter

            = 1, 73 gr / liter

 

  1.       Suhu penangas dalam Kelvin

T1 ( kloroform )          = 94oc + 273    = 367 K

T2 ( aseton )                =100oc + 273   = 373 K

 

 

 

 

  1.       Menentukan berat molekul
  •          Kloroform

m1

= 1,15 gr

V1

= 0,30144 liter

T1

= 367 k

 

  •          Aseton

m1

= 0,52 gr

V1

= 0,29998 liter

T2

= 373 k

R

= 0,08206 l atm / mol k

P

= 1 atm

 

BM kloroform

BM      = m . R . T

                   ⍴ . v

            = 1 , 15 gr . 0,08206 l atm / mol k . 367 k

                        1 atm . 0,30144 liter

            = 114 , 89 gr / mol

BM aseton

BM      = m . R . T

                 ⍴ v

            = 0 , 52 gr . 0,08206 l atm / mol k . 373 k

                        1 atm . 0, 29998 liter

            = 53 , 058 gr / mol

 

 

 

 

 

% kesalahan

 

  •          % kloroform

= 119 , 38 – 114 , 89 x 100 %

            119, 38

= 4,49     x 100

119 , 38 

= 3, 76 %

 

  •          Aseton

= 58 , 08 – 53 , 058  x 100 %

            58 , 08

= 5 , 022 x 100 %

   58 , 08

= 8,65 %

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1.           Pertanyaan

1)      Jika berat molekul gas x = 120 gr / mol , dan di analisa menunjukan bahwa ,

Karbon                        = 10%

Klor                 = 89,0 %

Hydrogen        = 1,0%

Bagaimana rumus molekul senyawa tersebut ?

 

Penyelesaiian :

 

                                C      :     H      :    Cl

                        100 / 100 : 1 / 100 : 89 / 100

                             1          : 1,2       : 3,008

                              1         :  1          :   3

( CHCl3)     : Mr
Ar Cn + 3 . Ar Cln + Ar Hn   = 120 g / mol

12n + 106 , 5 n + n      = 120 g / mol

119 , 5 n          = 120 g / mol

n          =  1, 0041

n          = 1

 

rumus molekul = ( CHCl3)                        chloroform ( CHCl3)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1.        Analisa percobaan

Pratikum kali ini bertujuan untuk dapat menentukan berat molekul senyawa volatile berdasarkan pengukuran massa jenis gas dengan menggunakan persamaan gas ideal . pada percobaan kali ini sampel yang digunakan adalah kloroform dan aseton . persamaan gas ideal bersama – sama dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa volatile .

Pada prinsipnya saat dilakukan penguapan dianggap tidak ada massa zat yang hilang . dengan mengubah cairan menjadi gas maka sesuai dengan sifatnya yang mudah menguap , pada kloroform pada temperature 61 oc sedangkan aseton pada temperature 56oc. gas tersebut akan menempati seluruh ruang labu Erlenmeyer dan akan berhenti ketika tekanan sama antara tekanan di dalam Erlenmeyer dan tekanan udara diluar Erlenmeyer .

Dengan menggunakan gas ideal maka diperoleh BM dari larutan volatile tersebut . dalam perhitungan didapatkan nilai BM kloroform ialah 114 , 89 gr/mol , sedangkan BM kloroform secara teoritis ialah 119 , 5 g / mol . dalam perhitungaan didapatkan nilai aseton ialah 53 , 058 g / mol sedangkan Bm aseton secara teoritis ialah 58 g / mol . hasil yang didapatkan hampir mendekati BM secara teoritis ., namun terdapat kesalahan karena kurang teliti pada saat pratikum ., kesalahan dapat juga terjadi karena masih terdapatnya udara dalam labu erlenmeyerr pada saat pendinginan .

Dalam percobaan ini digunakan dua larutan volatile , yaitu zat kloroform dan aseton . kedua cairan volatile tersebut tampak berbeda dalam lama pengerjaannya . pada larutan kloroform zat bila dipanaskan lebih lambat menguap dari pada aseton . hal tersebut disebabkan karena berat molekul dari kloroform itu sendiri jauh lebih besar dari pada aseton sehingga fase dari kloroform jauh lebih sulit untuk diubah dari pada aseton .

 

 

 

 

 

 

 

 

  1.              Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pratikum ini antara lain :

  1.        Penentuan berat molekul senyawa volatile dapat dilakukan dengan mengukur massa jenis senyawa dan menggunakan persamaan gas ideal .
  2.       Nilai BM ( berat molekul ) yang diperoleh pada percobaan untuk kloroform adalah sebesar 114, 89 gr / mol , sedangkan nilai BM teoritisnya sebesar 119 , 5 gr / mol .
  3.        Nilai BM ( berat molekul ) yang diperoleh pada percobaan untuk aseton adalah sebesar 53 , 058 gr / mol sedangkan nilai BM teoritis nya sebesar 58 gr / mol .

 

  1.                 Daftar pustaka

Jobsheet . kimia fisika . politeknik negri sriwijaya . Palembang . 2014

http://id.wikipedia.org/wiki/kloroform

http://kimiaunand.blogspot.com/2013/05/sintesis-kloroform.html

http://id.wikipedia.org/wiki/aseton

http://kimiaunand2012.blogspot.com/2013/05/sintesis-kloroform.html

 

 

 

 

TITRASI REDOKS ( PENENTUAN BESI )

       I.            TUJUAN PERCOBAAN

Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan standarisasi dan penentuan cuplikan dengan titrasi redoks.

    II.            PERINCIAN KERJA

  1.       Melakukan standarisasi larutan KMnO4
  2.       Menentukan kadar besi dalam larutan

 

 III.            DASAR TEORI

Titrasi redoks merupakan titrasi yang di dasarkan pada reaksi oksidasi reduksi antara analit dan titran. Titrasi redoks banyak digunakan untuk penentuan sebagian besar logam – logam . indicator yang digunakan pada titrasi ini menggunakan berbagai cara kerja. Pada titrasi yang menggunakan KMnO4 tidak menggunakan suatu larutan indicator , tetapi larutan KMnO4 itu sendiri dapat bertindak sebagai indicator.

  1.     Kalium Permanganat

Kalium permanganate digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih . zat ini merupakan pereaksi yang mudah diperoleh , tidak mahal , dan tidak memerlukan indicator kecuali kalau digunakan larutan – larutan yang sangt encer  . satu tetes KMnO4 0,1 N memberikan suatu warna merah muda yang jelas pada larutan dalam titrasi. Permanganate mengalami reaksi kimia yang bermacam – macam , karena mangan dapat berada dalam keadaan – keadaan oksidasi +2, +3 , +4 , +6 , +7 . untuk reaksi yang berlangsung dalam larutan yang sangat asam akan terjadi reaksi :

MnO4 + 8H+ + 5e                            Mn2+ + 4H2O

Sedangkan untuk reaksi dalam larutan berasam rendah :

            MnO4  + 8H+                          MnO2(p)   + 2H20

Reaksi yang paling banyak digunakan adalah reaksi pada larutan yang sangat asam , dimana permanganat  bereaksi dengan sangat cepat.

  1.      Natrium Oksalat

Senyawa ini merupakan standar primer yang baik bagi permanganate dalam larutan berasam. Dapat diperoleh dalam derajat kemurnian yang tinggi . stabil pada pemanasan dan tidak hidrokopis . reaksi dengan permanganat agak kompleks dan sekalipun banyak penelitian yang telah dilakukan , namun mekanisme yang tepat tidak jelas. Reaksinya lambat pada suhu kamar . oleh , karena itu biasanya larutan dipanaskan pada suhu 600c . pada kenaikan suhu awalnya reaksi berjalan lambat , tetapi kecepatan meningkat setelah ion mangan (II) terbentuk . mangan (II) bertindak sebagai suatu katalis dan reaksinya dinamakan otokatalitik karena katalis dihasilkan oleh reaksinya sendiri.

Ionnya mungkin mempengaruhi efek katalik nyadengan cepat bereaksi dengan permanganate untuk membentuk mangan dari keadaan oksidasi antara +3 dan +4 yang selanjutnya dengan cepat mengoksidasi ion oksalat , kembali ke keadaan divalent . adapun reaksinya adalah :

5C2O42- + 2 MnO4 + 16H+                                        2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O

Flower dan bright melakukan suatu penelitian yang sangat mendalam terhadap kesalahan – kesalahan yang mungkin di dalam titrasi. Mereka menemukan beberapa bukti dan pembentukan peroksida.

O2 + H2C2O4                           H2O   +  2CO2

Dan apabila peroksida terurai sebelum berekasi dengan permanganate , terlalu sedikit larutan permanganate yang diperlukan sehingga dari perhitungan normalitasnya tinggi. Mereka menyarankan agar hampir semua permanganate ditambahkan dengan cepat dalam larutan yang telah diasamkan pada suhu kamar. Setelah reaksi sempurna larutan dipanaskan sampai 600c dan titrasi diselesaikan pada suhu ini .

 IV.            ALAT  YANG DIGUNAKAN.

Neraca analitis

 

Kaca arloji

 

Erlenmenyer 250 mL , 500 ml

3,3

Buret 50 mL

2

Pipet ukur 25 mL

4

Gelas kimia 250 mL

3

Labu takar 100mL , 250 mL , 500 mL

2,3,1

spatula

2

Bola karet

4

Hot plate

3

termometer

3

 

    V.            BAHAN YANG DIGUNAKAN

Na2C2O4 padatan

H2SO4 pekat

KMnO4 padatan

FeSO4 .7H2O padatan

 

 

 

 

 VI.            KESELAMATAN KERJA

Menggunakan peralatan keselamatan kerja seperti sarung tangan dan masker untuk menangani larutan asam sulfat .

  1.             LANGKAH KERJA

 

  1.     Standarisasi larutan KMnO4
  •          Membuat larutan 0,1 N KMnO4 , 500 mL
  •          Natrium oksalat dikeringkan dalam oven pada suhu 105 – 110oc selama 2 jam setelah itu didinginkan dalam desikator.
  •          Menimbang natrium oksalat sebanyak 300 mg , masukan ke dalam Erlenmeyer.
  •          2,5 mL H2SO4 pekat dilarutkan dalam air 250 mL ( hati – hati )
  •          Memasukan larutan H2SO4 tersebut kedalam Erlenmeyer yang berisi na-oksalat . kocok , dinginkan sampai 24oc
  •          Mentitrasi dengan 0,1 N KMnO4 sampai volume 35 mL . lalu memanaskan sampai 55 – 60oc dan lanjutkan titrasi setetes demi setetes hingga berubah warna yaitu merah muda.

 

  1.      Penentuan besi dengan KMnO4
  •          Melarutkan 4 gram cuplikan (FeSO4.7H2O) dalam air demineral  100mL
  •          Memipet 25 mL larutan cuplikan ke dalam Erlenmeyer berukuran 250 mL dan menambahkan 25 mL 0,5 M H2SO4
  •          Mentitrasi dengan larutan standar 0,1 N KMnO4 sampai warna muda tidak berubah lagi .

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 X. PERTANYAAN.

  1.       Tuliskan beberapa keuntungan dan kerugian dalam penggunaan larutan standar KMnO4 sebagai pereaksi oksidasi. ?
  2.       A. mengapa pada standarisasi dengan Na-oksalat , KMnO4 diberikan secara cepat ?

B.mengapa larutan tersebut harus dipanaskan sampai 600C

3.  suatu sampel As2O3 seberat 0,2248 gram dilarutkan dan memerlukan 44,22 mL. KMnO4 untuk                  titrasi . hitung molaritas dan normalitas KMnO4 ?

Penyelesain :

  1.       Keuntungan

Mudah diperoleh

Tidak mahal

Tidak memerlukan indicator

            Kerugian

                        Reaksi lambat pada suhu kamar

Mekanisme yang tepat tidak jelas

                        Permangat harus di tambah dengan cepat .

 

  1.       a. KMnO4 diberikan secara cepat karena apabila peroksida terurai sebelum bereaksi dengan permanganate , terlalu sedikit larutan permanganate yang diperlukan dan perhitungan normalitas tinggi.

b. larutan harus dipanaskan sampai 60oC karena pada suhu kamar reaksinya berjalan lambat , tetapi kecepatannya meningkat setelah ion mangan (II) terbentuk . ion tersebut bertindak sebagai suatu katalis. Yang dihasilkan oleh rekasinya sendiri .

 

  1.          

Gram As2O3     =

0,2248 gram = 224,8 mg

VKMnO4           =

44,22 ml

BE As2O3          =

BM As2O3 197, 8422 mg/mek

 

            Gram As2O3                

                                                      =   VKMnO4  X NKMnO4

                BE As2O3

 

            224,8 mg

                                                     =     44,22 ml X NKMnO4

               197 , 8422 mg / mek

 

 

 

NKMnO4    =   0, 0256 mek / ml

 

Karena BE = BM maka normalitas = molaritas = 0,0256 mek / ml

 

 

XI. ANALISA PERCOBAAN

                Dari percobaan yang telah dilakukan dapat dianalisa sebagai berikut :

pertama membuat larutan KMnO4 500ml , dan mengeringkan natrium oksalat dioven 105 – 110 OC selama 2 jam. Lalu setelah kering natrium oksalat ditimbang sebanyak 300 mg . dilarutkan kedalam Erlenmeyer lalu ditambahkan 12,5 ml H2SO4 , larutan bewarna bening . lalu ditirasi dengan KMnO4 sampai volumenya 35 ml , dan warnya berubah menjadi warna ungu , lalu dipanaskan hingga warna nya berubah kembali menjadi warna putih , dan dititrasi lagi dengan KMnO4 hingga berubah warna menjadi merah muda , dengan volume 45 ml , 45,9 ml , dan 46 ml , dengan volume rata – ratanya = 45 , 63 ml . dan selanjutnya melakukan penentuan besi dengan KMnO4 pertama , menimbang 4 gram (FeSO4.7H2O) dan dilarutkan dalam 100 ml dengan warna agak hijau , dan ditambahkan 25 ml 0,5 M H2SO4 dan berubah warna menjadi bening . dan dititrasi dengan KMnO4 dan berubah menjadi  warna  kuning . dengan volume 38 ml , 37,4 ml , 38,3 ml dengan volume rata – ratanya 37 , 9 ml .

 

XII. KESIMPULAN

            Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

NKMnO4

=

0.0981 mek / ml

VKMnO4

=

44,776 ml

Gram KMnO4 secara teori

=

1,5804 gram

% Fe secara praktik

=

20 , 76 %

%Fe secara teori

=

20,08 %

%kesalahan penentuan besi

=

3,2755 %

 

 

XIII. DAFTAR PUSTAKA

            Jobsheet. Kimia analisa dasar . politeknik negeri sriwijaya . 2013 . Palembang

 

TITRASI ASAM BASA ( PENENTUAN KARBONAT – BIKARBONAT )

       I.            TUJUAN PERCOBAAN

Mahasiswa mampu melakukan penentuan karbonat – bikarbonat dalam cuplikan dengan cara titrasi menggunakan dua indicator.

 

    II.             RINCIAN PERCOBAAN

  1. Standarisasi larutan baku HCL dengan NA2CO3
  2. Titrasi cuplikan untuk menentukan kadar karbonat dan bikarbonat dengan menggunakan dua indicator.

 

 III.             DASAR TEORI

Ion karbonat dapat ditentukan dengan cara titrasi dua langkah yaitu dengan menggunakan dua indicator :

CO32- + H3O                                        HCO3– + H2O   (Fenolftalein)

HCO3 + H3O+                                       H2CO3 + H2O  (Metil Orange)

Fenolftalein bekerja sebagai indicator untuk titrasi tahap pertama dengan perubahan warna dari merah ke tidak bewarna. Metal orange bekerja sebagai indicator tahap kedua dengan perubahan warna dari kuning menjadi   jingga  . fenolftalein dengan jangkauan pH 8,0 sampai 9,6 merupakan indicator yang cocok untuk titik akhir pertama, karena pH larutan NaHCO3 berjumlah 8,35 . metal orange dengan jangkauan pH 3,1 – 4,4 cocok untuk titik akhir kedua. Suatu larutan jenuh CO2 mempunyai pH kira – kira 3,9 . kedua titik akhir tersebut tidak satu pun membentuk patahan yang sangat tajam.

Gambar : 8 Kurva Titrasi dari Na2CO3 dengan HCl

Campuran karbonat dan bikarbonat , atau karbonat hidroksida dapat dititrasi dengan HCL standar sampai kedua titik akhir tersebut diatas. Dalam table 1 , V1 adalah volum asam dalam ml yang digunakan dari permulaan sampai titik akhir fenolfatalein dan V2 merupakan volum dari titik akhir fenolfatalein sampai titik akhir metal orange . hal ini membuktikan bahwa NaOH secara lengkap bereaksi dalam tahap pertama , NaHCO3 hanya bereaksi dalam tahap kedua , dan Na2CO3 bereaksi dalam kedua tahap dengan menggunakan volum titran yang sama dalam kedua tahap.

Tabel : Hubungan Volum dalam Titrasi Karbonat

Zat

Hubungan Untuk Identifikasi Kualitatif

Milimol Zat

NaOH

 

NaHCO3

 

Na2CO3

 

NaOH + Na2CO3

 

 

NaHCO3 + NaCO3

V2 = 0

 

V1 = V1

 

V1 = 0

 

V1 > V2

 

 

V1 < V2

M x V1

 

M x V1

 

M x V2

 

NaOH = M (V1-V2)

Na2CO3 = M x V2

 

NaHCO3 = M (V2-V1)

Na2CO3 = M x V1

Sumber : Underwood, 1990

 

 

 

 

 

 

 

 

 IV.            ALAT  YANG DIGUNAKAN

  • Neraca analitis
  • Kaca arloji
  • Erlenmeyer  250 ml
  • Buret  50 ml
  • Pipet ukur  25 ml
  • Gelas kimia 100 ml , 500 ml
  • Labu takar 100 ml , 500 ml
  • Spatula , pengaduk
  • Bola karet

 

    V.            BAHAN YANG DIGUNAKAN

  • Cuplikan yang mengandung karbonat bikarbonat
  • HCL
  • Na2CO3
  • Indicator fenolftalein
  • Indicator metal orange
  • Aquadest

 

  VI.            LANGKAH KERJA

 

1.             Standardisasi Larutan Baku HCl dengan Na2CO3

 

  • Membuat larutan 0,1 M HCl dengan volume 500 ml
  • Menimbang dengan teliti 0,4 gr Na2CO3 , melarutkan dengan aquadest sampai 100 ml
  • Menyiapkan 3 buah Erlenmeyer
  • Mengambil Alikot sebanyak 20 ml untuk masing-masing Erlenmeyer
  • Menambahkan 2 tetes indikator metil merah
  • Mentritasi dengan HCl , kemudian mencatat volumenya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

             2.             Penentuan Karbonat Bikarbonat

 

  • Menimbang dengan teliti 0,50 gr Cuplikan  yang  mengandung Na2CO3 dan NaHCO3
  • Melarutkan kedalam air demineral
  • Menyiapkan 3 buah Erlenmeyer, mengisi masing-masing dengan    25 ml alikot
  • Menambahkan 2 tetes indikator fenolftalein
  • Mentritasi dengan HCl hingga berubah warna dari merah menjadi tidak berwarna
  • Mencatat volume titran
  • Menambahkan 2 tetes indikator metil orange
  • Mentritasi dengan HCl hingga berubah warna dari kuning menjadi jingga.

 

  1. DATA PENGAMATAN

 

Standarisasi larutan HCl

 

No percobaan

Volume HCl (ml)

Perubahan warna

1

23 ml

Bening – ungu

2

21,6 ml

Bening – ungu

3

20,9 ml

Bening – ungu

 

 

Penentuan karbonat – bikarbonat

 

No percobaan

Volume HCl (ml) pada titrasi ke – 1 (pp)

Volume HCl (ml) pada titrasi ke – 2 (M.o)

Perubahan warna

1

12,5 ml

12,7 ml

12,5 ml

o

Ungu – bening

 

Volume rata – rata = 12,5667 ml

 

 

2

8 ml

8 ml

9,4 ml

13,8 ml

13,7 ml

13,5 ml

Kuning – jingga

 

Volume rata – rata = 8,4666 ml

Volume rata – rata = 13,6667 ml

 

 

 

 

 

 

 

  1. PERHITUNGAN

Larutan 0,1 M HCl dengan volume 500ml

            Dik : M  = 0,1 M                     P   = 1,18 gram / mol

                    V2 = 500 ml         BM = 36,5 gram / mol

                    %  = 36 %

            Dit : v1…?

                       

                       

 

                        = 11,6 mol / liter

 

V1 . M1                  = V2 . M2

V1 .11,6 mmol/liter = 500 ml . 0,1 mmol

V1 =   50 ml

          

11,6

V1 = 4,3 ml

 

            Standarisasi larutan HCl

 

Na2CO3 + 2HCl                         2NaCl +H2CO3

 

Mek standar primer = Mek tirtran

   mg       

                 = V HCl x NHCl

   BE

 

25 / 100 . 400 mg

                             = 21, 8333 ml x NHCl

105,9889 mg / mek

                                   

             2

100 mek / ml

                          = NHCl

1157, 0437

            NHCl      = 0,08864 mek / ml

 

 

 

 

 

 

 

            Penentuan karbonat bikarbonat dengan HCl

Sampel 1

Menentukan % NaOH dalam sampel 1

%Naoh = V x NHCl x ( BE = BM )

                                                    

                         Gram sampel

            = 12 , 5667 ml x 0,0864 mek / ml x 400 mg / mek x 100 %

                                                                                        

                                                125 gram

            = 34, 7444%

 

 

Sampel 2

V1 < V( NaHCO3 + Na2CO3 )                      NaHCO3    = m (V2 – V1 )

                                                                  Na2CO3     = m x V

%NaHCO3 = (v2 – v1 ) x NHCl x BENaHCO3 x 100 %

                                                                        

                                    Gr sampel

                 = ( 13, 6667 – 8,4666 ) ml x 0,0864 mek / ml x 84,0070 mg / mek x 100 %

                                                                                                                     

                                                                        125 mg

                 = 5,2001 x 0,0864 x 84,0070 x 100 %

                                                             

                                    125

                 = 3774 , 3390  %

                                          

                        125

                 = 30 , 1947 %

 

% Na2CO3 = V1 x NHCl x BENa2CO3 x 100 %

                                                                   

                        Gram sampel

                 = 8,4666 ml x 0,0864 mek / ml x 105,9888 mg / mek x 100 %

                                                                                                 

                                                125 mg

                 = 7753, 2389  %

                                                             

                        125

                = 62, 0259 %

 

 

 

 

 

 

 IX.            PERTANYAAN

  1. Tuliskan rumus kimia untuk indicator fenolftalein , dan reaksinya terhadap perubahan pH ?
  2. Berapakah jangkauan pH indicator yang digunakan pada percobaan ini ?
  3. Sebuah contoh berat 0,5g yang mungkin mengandung NaOH , Na2CO3 , NaHCO3 atau campuran NaOH + Na2CO3 atau NaHCO3 + Na2CO3 dititrasi dengan 0,1011M HCL dengan cara dua indicator. Ternyata pada titrasi pertama dengan indicator pp diperlukan 38,44 ml HCL kemudian pada titrasi kedua diperlukan 11,23 ml HCL .

a)      Campuran apakah yang ada pada contoh

b)      Hitung % masing – masing zat

 

Penyelesaian :

                                               

  1.  

               

  1. Jangkauan pH
  2. Indicator metal merah perubahan warna dengan meningkatkan pH adalah dari warna merah menjadi warna kuning dengan jangkauan pHna 4,2 – 6,2 .
  3. Indicator fenolftalein perubahan warna dengan meningkatkan pH adalah dari warna merah menjadi tidak berwarna dengan jangkauan pH na 8,0 – 9,6
  4. Indicator metal orange perubahan warna dengan meningkatkan pH adalah dari warna kuning menjadi warna jingga dengan jangkauan pHna 3,1 – 4,4

 

 

 

 

 

  1. Karena V1 > V2 , maka sampel campuran adalah NaOH + NaHCO3

%NaOH = ( V1 – V2 ) HCl x NHCl x BENaOH x 100%

                                                Gram sampel

                                = ( 38 , 44 – 11,23 ) ml x 0,1011 mek / ml x 39,9971 mg/mek x 100 %

                                                                                500 mg

                                = 22 , 0058 %

                %NaCO3 = V2 HCl x NHCl x BENa2CO2 x 100 %

                                                Gram sampel

                                = 11,23 ml x 0,1011 mek / ml x 105, 99 mg / mek x 100 %

                                                                500 gram

                                = 24, 0672 %

 

    X.            ANALISA PERCOBAAN

Dari pratikum yang dilakukan dapat dianalisa , pada saat standarisasi larutan HCl dengan Na2CO3 hal ang pertama dilakuakn yaitu : menimbang Na2CO3 sebanyak 0,4 gram . lalu masukan kedalam 3 erlenmeyer dengan masing – masing 25  ml setelah itu larutan ditetesi sebanyak 3 tetes metal merah perubahan warna yang terjadi dari bening menjadi ungu . lalu dititrasi menggunakan HCl larutan berunbah menjadi bening dengan volume 1. 23 ml , 2. 21, 6 ml , 3. 20 , 9 ml sehingga volume rata – ratanya adalah 21 , 8333 ml . pada penentuan karbonat – bikarbonat hal yang pertama dilakukan adalah menimbang cuplikan pertama dan kedua sebanak 0,5 gr . dan larutan sebanyak 100ml , dan masukan kedalam 3 erlenmeyer sebanyak 25 ml , lalu diteteskan indicator fenolftalein (pp) sebanyak 3 tetes perubahan warna yang terjadi pada sampel , dari bening menjadi ungu dengan volume 12,5 ml , 12,7 ml , 12 ,5 ml dengan volume akhir = 0 (V2 = 0 ) sehingga cuplikan 1 adalah NaOH.

Lalu cuplikan 2 di teteskan indicator fenolftalein (pp) berubah warna dari bening menjadi ungu dan dititrasi dengan HCl berubah warna menjadi bening dengan volume 8 ml , 8 ml , 9,4 ml lalu di teteskan indicator metal orang ( m.o ) dan berubah menjadi kuning dititrasi lagi dengan HCl dan berubah warna dari kuning menjadi jingga dengan volume 13 , 8 ml , 13 , 7 ml , 13 , 5 ml .pemakaiian kedua indicator ini bertujuan agar pada saat tercapai titik ekivalen dapat diketahui dengan jelas..

 

 XI.            KESIMPULAN

Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat di simpulkan bahwa :

  • NHCl setelah distandarisasi adalah 0,0864 mek / ml
  • Sampel 1 merupakan NaOH karena V2 = 0
  • Sampel 2 merupakan campuran NaHCO3 + Na2CO3 karena V1 , V2
  • %NaHCO3 dalam sampel adalah 30, 1947 %
  • %Na2CO3 dalam sampel adalah 62, 00259 %

 

 

  1. DAFTAR PUSTAKA

Jobsheet . Kimia Analisis Dasar . titrasi asam basa karbonat – bikarbonat . politeknik negeri sriwijaa . 2013 . Palembang .

 

 

 

PENETAPAN JUMLAH SEL HIDUP DAN SEL MATI DALAM RAGI KERING (dried yeast ) / (PJS-1)

        I.            TUJUAN

  1.       Mahasiswa dapat menggunakan mikroskop
  2.       Mahasiswa dapat membedakan sel ragi yang hidup dan yang mati
  3.       Mahasiswa dapat menghitung persentase sel ragi yang hidup dalam suatu suspense mikroorganisme

 

      II.            DASAR TEORI

Mikroba tersebar secara luas dialam , dalam kehidupannya mereka tidak membatasi diri tiggal di suatu tempat. Sepanjang tempat tersebut memenuhi persyaratan maka mikroba tersebut akan hidup . namun demikian ada juga mikroba yang mati karena tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan atau adanya bakteri pathogen.

Zat warna dapat meracuni mikroba karena , itu akan ditolak oleh mikroba itu sendiri , tetapi pada mikroba yang mati zat warna akan masuk kedalam dinding sel karena dinding sel bersifat tidak permiabel lagi sehingga menjadi tidak selektif. Pemberian zatt warna dapat membedakan sel hidup dan mati .

    III.            BAHAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN

  1.       Kaca objek

1buah

  1.       Kaca tutup

2buah

  1.       Bibit ragi kering

1gram

  1.       Lumping porselin

1buah

  1.       Tabung kimia

2buah

  1.       Larutan methylen blue dalam air

0,1%

  1.       Mikroskop                                                     1buah

 

    IV.            LANGKAH KERJA

  1.       Menghancurkan 1gram bibit ragi kering dalam lumping porselinn sampai halus , menambahkan air dan membuat dalam suatu tabung kimia suatu suspense bibit ragi . konsentrasi harus sedemikian , hingga dalam preparat yang diperiksa dengan mikroskop pada tiap –  tiap bidang pandangan terlibat antara 50 sampai 100 sel .
  2.       Menempatkan satu tetes dari suspense tersebut diatas kaca objek dan mencampurkan dengan methylen blue hingga  kaca objek berwarna biru muda .

 

  1.       Setelah ditutup dengan kaca penutup memeriksa preparat menggunakan mikroskop . sel yang mati berwarna biru , sedangkan sel yang hidup tidak menyerap warna.
  2.       Mencatat jumlah sel yang berwarna dan tidak menentukan persentase sel hidup dengan memeriksa 5 bidang pandangan.

 

      V.            CARA MENGGUNAKAN MIKROSKOP .

  1.       Menempatkan mikroskop pada meja kerja , atur tinggi bangku duduk sehingga penglihatan pada okuler mudah.
  2.       Memutar sekerup penetapan kasar , hingga tubus mikroskop naik rata – rata 2cm dan menempatkan preparat ditengah , kemudian cengkram dengan penjepit .
  3.       Menaikan kondesor dan membuka diafragma seluruhnya dan menempatkan sumber cahaya kira – kira 15cm di depan mikroskop dan menyalakan lampu serta arahkan berkas cahaya didepan cermin mikroskop.
  4.       Melihat preparat dari samping ( jangan melaluli okuler ) dan menempatkan cermin datar sedemikian sehingga preparat disinari dengan terang.
  5.       Sambil melihat preparat dari samping . memutar objektif 10x ke bawah sehingga kira – kira sampai  ½ cm diatas preparat .
  6.       Melihat melalui okuler dan menetapkan cermin dengan tepat , arahnya harus sedemikian sehingga pandangan disinari seterang terangnya .
  7.       Menutup diafrgama dan kondesor sedemikian , hingga bidang bayangan diterangi sama rata .
  8.       Melihat melalui okuler dan memutar tubusnya perlahan – lahan keatas dengan sekrup penetapan kasar , hingga bayangan terang dari preparat , jika perlu tetapan dengan sekrup penetapan halus.
  9.       Setelah selesai memaki mikroskop , maka sebelum disimpan didalam lemari perlu digunakan :
  10.       Kondesor diputar kebawah
  11.       Revolver di putar sedemikian , hingga lensa yang terkecil berada dibawah dan kemudian tubus di putar kebawah.
  12.        Membersihkan mikroskop dengan lap bersih.

 

    VI.            DATA PENGAMATAN

Sampel

Jumlah sel yang hidup

Jumlah sel yang mati

Fermipan

27

9

 

 

  VII.            PERHITUNGAN

 

Jumlah sel yang hidup            = 27

Jumlah sel yang mati = 9

% sel hidup                  = 27   x 100%

                                        36

                                    = 75%

% sel mati                   = 9     x100%

                                        36

                                    = 25%

 

  1.             ANALISA PERCOBAAN

Setelah melakukan percobaan ini dapat dianalisa bahwa pada percobaan penetapan jumlah sel hidup dan mati dalam ragi kering hal yang pertama di lakukan yaitu : menimbang fermipan sebanyak 1gram , setelah itu fermipan dimasukan dalam gelas kimia dan di campurkan dengan air demineral , dan fermipan pun diletakan di kaca objek dan ditutup dengan kaca penutup dan diletakan keatas mikroskop untuk kemudian diamati beberapa banyak jumlah sel yang hidup. Dan ditambahkan larutan methylen blue keatas kaca objek sampai berwarna biru , dan kemudian diamati kembali dan menghitung jumlah sel yang hidup dan mati . jika sel tersebut bewarna biru maka sel tersebut telah mati karena telah keracunan larutan methylen blue , sedangkan sel yang berwarna bening masih tetap hidup.

    IX.            KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa larutan methylen blue digunakan untuk mengetahui mikroba yang mati karena larutan menthylen blue dapat meracuni mikroba . dan membedakan mana sel ragi yang hidup dan mati . jika sel tersebut bewarna biru maka sel tersebut mati , tetapi jika sel tersebut bening maka sel tersebut hidup .

      X.            DAFTAR PUSTAKA

Jobsheet . rekaya bioproses . penentuan jumlah sel hidup dan mati dalam ragi kering . politeknik negeri sriwijaya .2013 .

 

PEMBUATAN NATA de COCO

  1. TUJUAN PERCOBAAN

Mahasiswa mampu membuat nata de coco .

 

  1. DASAR TEORI
  • Air kelapa

Air kelapa merupakan media yang sangat sesuai untuk pertumbuhan berbagai jenis mikroorganisme . nata de coco merupakan salah satu produk hasil olahan kelapa yang menggunakan proses fermentasi .  pada pengolahan air kelapa yang menjadi nata de coco mikroorganisme yang berperan adalah Acetobacter xylium . selain itu factor lain yang juga berperan adalah factor pH dan suhu fermentasi .

Diantara factor – factor tersebut yang paling berperan adalah mikroorganisme , karena bagaimana pun banyak nutrisi yang ditambahkan ataupun kondisi medianya sudah baik tetapi bila mikroorganismanya kurang maka proses fermentasi untuk pembentukan nata de coco tidak berjalan dengan baik pula , hal ini menunjukan bahwa aktivitas bakteri sangat menentukan hasil yang akan diperoleh.

Air kelapa dapat dimanfaatkan dengan bantuan mikroorganisme (bakteri) seperti alcohol , asam cuka , dan nata de coco karena air kelapa ini rasanya manis dan mengandung mineral 4% dan gula 2% dan air . air kelapa merupakan media yang sangat sesuai untuk pertumbuhan berbagai jenis mikroorganisme . oleh karena itu proses fermentasi merupakan tahap yang tidak dapat dikesampingkan . air kelapa yang mengalami fermentasi akan mengandung berbagai jenis bakteri seperti Saccaromyces dan Acetobacter , karena air kelapa yang mengalami fermentasi banyak mengandung asam cuka maka bakteri yang tumbuh lebih cepat dan lebih banyak adalah Acetobacter xylium .

Komposisi air kelapa banyak mengandung mineral , dan vitamin sehingga dapat dijadikan media yang baik dalam pertumbuhan mikroba dibantu dengan gula yang terdapat dalam air kelapa maka akan terjadi fermentasi dengan mudah menjadi alcohol dan asam asetat.

 

 

 

 

 

  • Nata de coco

Nata de coco sebenarnya terjadi karena proses fermentasi glukosa yang merupakan salah satu jenis karbonhidrat , karbohidrat tersebut berada dalam larutan gula yang terkandung dalam air kelapa oleh Acetobacter xylium .  kemudian glukosa tersebut digabung dengan asam lemak membentuk cairan nata pada membran sel .

Selanjutnya cairan ini dikeluarkan bersama enzim yang akan mempolimerisasikan glukosa menjadi selulosa di luar sel . secara fisik nata bertekstur lembut berwarna putih . air kelapa yang digunakan untuk pengolahan nata de coco rata – rata mengandung gula sekitar 14,5 % dan pH 4,29 . berdasarkan komposisi kimianya maka nata de coco termasuk kedalam makanan penyegar atau pencuci mulut , dan dikomposisikan dengan buah – buahan lainnya.

Nata de coco yang dikenal dimasyarakat saaat ini adalah dibuat dari air kelapa yang kadar gulanya telah ditinggalkan dengan penammbahan gula pasir 70 gr/lt air kelapa , starter 165 ml (16,5 %) dan asetat 20 – 22 ml .

  • Bakteri

Pembentukan nata de coco adalah oleh bakteri asam asetat yang disebut Acetobacter xylium . bakteri ini tergolong family Psomonadeceae dan termasuk genus Acetobacter , panjang dua ujung biasanya terdapat sebagai sel tunggal . bakteri ini membentuk asam dari glukosa , etil alcohol , propel alcohol , dan glikol . mengkoksidasi asam asetat menjadi karbondioksida dan air .

Dalam fermentasinya bakteri ini mengubah glukosa menjadi selulosa secara ekstrakseluler sehingga terbentuk lapisan tebal , gelembung – gelembung udara yang terbentuk adalah akibat dari metabolism berupa gas CO2 mempunyai kecenderungan melekat pada jaringan selulosa , sehingga struktur permukaan menjadi naik dan hal ini ternyata membantu persediaan oksigen untuk mikroba . nata de coco merupakan salah satu produk hasil olahan air kelapa dengan menggunakan proses fermentasi . air kelapa ang digunakan alasanya adalah air kelapa yang sudah tua karena air kelapa ini dikategorikan sebagai limbah yang dibuang sedangkan air kelapa yang masih muda dapat digunakaan secara langsung tanpa diolah minsalnya sebagai minuman segar.

Faktor – faktor yang mempengaruhi pembuatan nata de coco adalah :

  • Varietas kelapa

Air kelapa yang baik digunakan adaalah air kelapa dari varietas kelapa gajah karena penggunaaan air kelapa ini akan menghasilkan nata de coco yang lebih tebal bila dibandingkan dengan menggunakan air kelapa dari varietas kelapa hibrida.

 

  • Temperatur 28 – 31 oc

Temperatur merupakan faktor yang akan mengontrol kondisi lingkungan dari proses fermentasi dan temperatur yang digunakan pada fermentasi air kelapa ini adalah 28 – 31 oc.

  • pH media

pH atau derajat keasaman yang digunakan juga merupaka parameter tetap , untuk mengendalikan tingkat keasaman dari proses , dan menjaga agar bakteri tetap tumbuh dengan baik , seperti Acetobacter xylium menyukai pH yang lebih asam yaitu 4,5 – 5 . beberapa peneliti mengatakan pH yang optimum adalah pH 4 . sehingga di perlukan penambahan bahan untuk mendapatkan pH yang diinginkan , yang biasa digunakan adalah asam asetat glacial .

  • gula sebagai sumber karbon

proses fermentasi dapat terjadi apabila mengandung cairan karboonhidrat seperti jenis sukrosa  , laktosa dan jenis lainnya yang didapat kan banyak dalam gula , merupakan sumber karbon yang banyak digunakan sebagai nutrisi bagi pertumbuhan bakteri pada saat proses metabolism dan juga sebagai sumber energi pada saat perombakan glukosa dan fruktosa menjadi selulosa.

  • Sumber nitrogen

Sumber nitrogen yang dapat digunakan dapat berupa ammonium possfat , ammonium sulfat dan sumber nitrogen lainnya. Nitrogen ini juga dapat merupakan sumber nutrisi untuk pertumbuhan dari bakteri , konsentrasi yang biasa digunakan adalah 0,3 – 0,7 %.

 

  • PEMBUATAN BIAKAN MURNI (starter) nata de coco

Biakan murni untuk pembuatan nata de coco dibuat dengan dua cara :

  1. Cara 1 : bahan dan alat yang diperlukan :

Yeast ekstrak agar

0,25 gram

K2HPO4/KH2PO4

0,50 / 0,39 gram

MgSO4

0,06 gram

Gula pasir

10 gram

Agar – agar

2 gram

Air kelapa

100 ml

Air bersih

Secukupnya

Asam asetat

Secukupnya

Biakan murni Acetobacter

 

Autoklaf ( dandang ) , botol

 

 

Langkah kerja :

1)      Mencampurkan smeua bahan ( kecuali asam asetat dan biakan murni ) , lalu encerkan dengan air yang bersih ,

2)      Memanaskan campuran tersebut agar bahan cepat larut .

3)      Setelah semua bahan – bahan larut , mencampurkan ( adonan ) didimnginkan kembali , laul menambahkan asam cuka hingga pH nya mencapai 4,5 .

4)      Kemudian adonan disterilkan dalam aoutoklaf pada suhu 121OC sampai 15 menit . jika aoutoklaf tidak tersedia , sterilisasi dapat dilakukan dengan mengunakan dandang .

5)      Dalam keadan panas , memasukan adonan tersebut ke dalam botol atau tabung reaksi yang sebelumnya telah disterilkan . kemudian didiamkan dalam posisi miring sampai beku . adonan beku tersebut dinamakan media agar miring .

6)      Selanjutnya media agar miring tersebut diinokulasi dengan biakan murni Acetobacter xylium dan simpan bahan tersebut dalam ruangan yang aman selama 5 hari . bakteri akan tumbuh dipermukaan media agar . supaa biakan murni dapat bertahan , maka setiap sebulan sekali dipindahkan kedalam media yeast ekstrak agar yang baru .

 

  1. Cara II :

Pembuatan biakan murni car II ini dilakukan apabila Acetobacter xylium sukar diperoleh . untuk memperoleh bakteri tersebut digunakan ampas nanas . bahan yang diperlukan adalah : nanas  , air , dan gula secukupnya , sehingga diperoleh perbandingan ampas nanas , gula dan air sebesar 6 : 3 : 1 . sedangkan alat yang digunakan adalah : pisau , parut ( penghancur nanas ) , wadah botol jar dan kertas .

 

Cara pembuatannya adalah sebagai berikut :

  • Menyiapkan sebuah nanas yang matang , kupas , dan mencuci bersih .
  • Membelah nanas tersebut dan potong kecil – kecil , lal menghancurkan dengan alat penghancur atau dibelah dan diparut.
  • Memeras nans sampai sarinya habis.
  • Selnjutnya mencampur ampas nanas dengan air dan gula pasir dengan perbandingan 6:3:1
  • Mengaduk semua bahan hingga tercampur merata lalu memasukan kedalam botol jar. Kemudia botol ditutup kertas dan diperam selama 2-3minggu , sampai terbentuk lapisan putih diatasnya , lapisan itulah bakteri pembentuk nata.

 

 

  • PROSES PEMBUATAN nata de coco
  • Peralatan yang digunakan
  • Gelas kimia
  • ember
  • saringan
  • kain kasa
  • Karet gelang
  • Kaca arloji
  • spatula
  • neraca analitik
  • autoklav
  • kompor
  • panci
  • Loyang plastic agar datar
   
   
   
   
   
   

 

  • Bahan yang digunakan
  • Air kelapa
 

=  4 liter

  • Natrium benzoat

 

  • starter

= 1 liter (200 ml per Loyang )

  • asam asetat glasial

= 40 ml

  • gula pasir

= 20 gram

  • air bersih

= secukupnya

  • pupuk ZA

= 20 gram

 

  • langkah kerja pembuatan nata de coco
  • Menyiapkan air kelapa yang telah disaring dan bebas dari kotoran lainnya.
  • Memanaskan air kelapa tersebut agar mikroba yang dapat mencemari mati.
  • Sementara memanaskan , menambahkan gula sebanyak 7,5% dari jumlah air yang digunakan
  • Setelah larutan dingin , menempatkan dalam gelas kimia yang telah disterilkan lalu menambahkan asam asetat sehingga keasaman larutan mencapai pH antara 4,5 – 5
  • Larutan diinokulasi (dicampurkan) dengan cairan starter yang telah dibiakan lalu difermentasi selama 14 hari dalam ruangan yang tertutup rapat dan bersih .
  • Setelah terbentuk nata maka hasil direndam dalam air bersih untuk menghilangkan keasamanya hilang , dapat direndam dalam air gula untuk mendapatkan rasa yang manis.

 

 

 

 

 

 

 

Saring

 

 

 

 

 

 

Rebus , setelah 90oc ditambahkan ZA dan cuka . rebus hinga 100oc

Didinginkan

 

Menambahakan starter / bibit

 

Diamkan 7 sampai 10 hari

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kulit ari dilepaskan , dipotong-potong berbentuk kubus

Rendan 1 -2 malam (air terusdiganti)

 

Direbus / ditiriskan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. DATA PENGAMATAN

 

Starter

Air kelapa

Lamanya penyimpanan

Hasil

warna

Bau

Diameter nata de coco

Ketebalan anta de coco

800 ml

4 liter

2 minggu

Terbentuk nata de coco (berhasil)

putih

Sedikit asam

12,5 cm

Minggu 1 : 1,4 cm

Minggu ke 2 : 2,1 cm

 

 

  1. ANALISA EKONOMI

Nomor

Bahan

Jumlah

Harga

1

Air kelapa

4 liter

Rp. 5.000,.

2

Asam cuka makan

1 botol

Rp . 1.500,.

3

Gula pasir

40 gram

Rp. 1.000,.

                             

jumlah

Rp . 7.500,.

 

 

            Dari hasil percobaan di peroleh nata de coco sebanyak 2,5 kg . 1 kg di internet nata de coco Rp. 12.000,. jadi dapat di peroleh hasil data yang ada 2,5 kg x Rp. 12.000,. = Rp. 30.000,.

Keuntungan yang didapat sebesar   = Rp. 30.000,. – Rp. 7.500,. = Rp. 22.500,.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. ANALISA PERCOBAAN

Nata de coco merupakan salah satu hasil percobaan air kelapa yang menggunakan proses fermentasi . pada percobaan ini air kelapa yang digunakan sebanyak 4 liter . dan starter secukupnya 800ml . air kelapa yang digunakan adalah air kelapa yang sudah tua dan akan didapat nata de coco yang baik . proses pembuatan nata de coco pertama membersihkan atau menstrerilkan semua alat yang akan digunakan lalu menimbang secara teliti gula 40 gram . pupuk ZA 10gram , kemudian air kelapa yang terlebih dahulu sudah dipanaskan dan disaring , lalu didinginkan dan ditambahakan gula dan pupuk ZA menggunakan gelas kimia.

Setelah air kelapa dingin lalu ditambahkan gula dan pupuk ZA dan menambahkan cuka makanan sampai pH 4 . setelah itu mencampur starter atau bibitnya diaduk hingga rata . penambahan pupuk ZA bertujuan untuk memenuhi nutrisi bagi organisme yang digunakan dalam pembuatan nata de coco yaitu Acetobacter Xylium . bakteri Acetobacter Xylium , sangat menyukai asam dan akan bertahan hidup oleh karena itu , ditambahakan asam cuka ( makanan ) kedalam wadah yang nantinya ditutup dengan Koran yang terlebih dahulu sudah dipanaskan / disterilkan , kemudian disimpan pada tempat yang sejuk . dan difermentasi kurang lebih 10 hari dan akan dipanen.

 

  1. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakakuakn dapat disimpulkan bahwa :

  • Air kelapa yang digunakan untuk membuat nata de coco adalah air kelapa yang tua .
  • Bakteri yang berperan dalam pembuatan nata de coco adalah Acetobacter Xylium .
  • Faktor – faktor yang mempengaruhi nata de coco adalah : varietas air kelapa , temperature , pH media , sumber nitrogen , gula sebagai sumber karbon .
  • Pembuatan nata de coco dibutuhkan kesterilan yang tinggi , agar tidak terkontaminasi oleh bakteri yang lain yang tidak diinginkan .
  • Ketelitian dan penimbangan sangat berpengaruh .

 

 

  1. DAFTAR PUSTAKA

Jobsheet . rekayasa bioproses . politeknik negeri sriwijaya . Palembang . 2013